“Sesungguhnya hancurnya umat dahulu karena berlaku diskriminatif dalam menegakkan hukum. Jika yang melakukan kesalahan orang-orang lemah, mereka menegakkan hukum. Namun jika yang melakukannya orang-orang terhormat dan terpandang, mereka membiarkannya” (HR. Imam Bukhari).
Kalau setiap hati mampu berempati kepada setiap hamba Allah, maka kemungkinan besar tak akan tega memberlakukan hukum berbeda-beda atau diskriminatif di dunia ini. Misalnya, orang-orang yang sedang berkuasa, terhormat, atau memegang hukum membayangkan dirinya berada pada posisi orang biasa, tertindas, dan sejenisnya. Lebih-lebih lagi, pilih kasih, membeda-bedakan, atau diskriminasi dalam memberlakukan hukum, merupakan di antara perbuatan yang amat berdosa. Bahkan dalam hadits di atas, perbuatan tersebut bisa menimbulkan kehancuran suatu ummat.
Tapi sayangnya, rasa empati tak selamanya mampu bertahan di hati manusia, terutama yang bertugas menegakkan hukum di dunia ini. Rasa empati kerap dikikis, sehingga menjadi memudar dan bahkan mati manakala hawa nafsu mulai menggoda. Akibatnya, terjadilah hal-hal yang sama sekali tidak diinginkan, baik karena memunculkan murka Allah, juga menimbulkan perbuatan aniaya atau zalim terhadap sebahagian orang. Kasih sayang dan silaturrahmi antar sesama hamba Allah pun menjadi sesuatu yang langka. Padahal Allah menyeru kepada hamba-hambaNya untuk senantiasa menjaga silaturrahmi, agar kesempatan hidup yang diberikanNya menjadi bermakna. Dengan demikian, siapapun yang berusaha untuk berlaku diskriminasi dalam menegakkan hukum di dunia ini, maka itulah orang yang termasuk dalam golongan orang-orang yang menghancurkan umat. Itulah orang-orang yang sudah keras hatinya, sehingga tak mampu lagi merasakan bagaimana perasaan orang lain, juga tak mampu menerima kebenaran. Hati-hatilah, sebab Allah memastikan tidak akan memberi petunjuk kepada orang zalim.
Ilahi Anta maqsudi, wa ridhaaqa mathlubi...
Comments :
Posting Komentar