“Jabatan itu amanah dan di hari kiamat ia menjadi kerugian dan penyesalan kecuali bagi orang-orang yang mengambilnya dengan haq serta menunaikan kewajiban dipikul kepadanya” (H.R. Imam Muslim). Di antara hal yang sangat diimpikan suatu ummat dalam hidup ini tentunya memiliki pemimpin yang amanah. Amanah bagaikan perekat yang mengikat rasa cinta rakyat kepada pemimpinnya. Pemimpin yang amanah bagaikan pilar yang menopang kehidupan ummat, sehingga lebih kokoh keadaannya dari masa ke masa. Pemimpin semacam ini lazimnya selalu terbuka untuk menerima nasehat sehingga ia terhindar dari kelalaiannya dalam mengurus kepentingan ummat.
Tidak sepatutnya, menurut para ulama, para pemimpin menghindari nasehat yang berasal dari rakyatnya. Nasehat bisa membantu menghindari diri dari kealpaan. Lebih-lebih sekarang ini, siapapun pemimpin berpeluang lalai, mengingat begitu banyaknya pertemuan dan perjalanan yang harus dilakukan setiap hari dan bahkan nyaris tak semuanya mampu dipenuhi undangannya.
Namun demikian dipastikan bahwa terbukanya seorang pemimpin jangan dijadikan kesempatan untuk menyampaikan nasehat secara tidak bijak. Imam Nawawi mengatakan, “Adapun nasehat untuk pemimpin kaum Muslimin adalah menolong mereka dalam kebenaran, taat dan menyuruh dengan kebenaran, memperingatkan dan mengingatkan mereka dengan lemah lembut, serta memberitahu mereka jika mereka lalai.”
Karena itu, rakyat perlu berusaha agar pemimpin impian terwujud, bukan hanya dengan nasehat tetapi juga dengan doa. Termasuk juga doa agar pemimpinnya tidak menjadi pengkhianat. Rasulullah mengingatkan, “Tiada seorang hamba yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian dia wafat dan dalam keadaan menipu rakyatnya, melainkan Allah mengharamkan baginya surga.” (HR. Imam Muslim)
Comments :
Posting Komentar